Negeri Matahari Terbenam adalah tempat di mana beberapa klan besar berkuasa dan berebut takhta. Klan Stark, di mana Winterfell adalah daerah kekuasaannya dipimpin oleh Eddard Stark atau dikenal dengan Ned Stark.
Ia mempunyai seorang istri yang dipersunting dari Klan Tully, bernama Catelyn Stark, juga empat orang anak yaitu: Robb, Sansa, Arya, Bran, dan Rickon. Ah, dan satu lagi anak haram bernama Jon Snow (Snow adalah marga yang disematkan di tanah Winterfell untuk anak yang lahir di luar hubungan pernikahan). Saat itu, raja yang berkuasa di tujuh kerajaan adalah Robert Baratheon, yang hubungannya dengan Ned lebih dari saudara.
Robert Baratheon sendiri menikahi seorang perempuan dari Klan Lannister bernama Cersei. Mereka dianugerahi tiga orang anak, Pangeran Joffrey (sang putra mahkota), Putri Myrcella, dan Pangeran Tommen.
Nonton Film The Heirs. Streaming Movie, streaming online The Heirs, Subtitle Indonesia, The Heirs episode lengkap. August 11, 2017. The heirs episode 11 preview. Nonton film streaming movie The Heirs Episode 11 (2013) subtitle indonesia download gratis online box office bioskop 21 serial tv. Apabila anda kini sedang mencari sesuatu dengan kata kunci ' film the heirs episode 11 subtitle indonesia youtube ' dan menemukannya di sini.
Lannister sendiri adalah sebuah klan besar dengan harta kekayaan yang melimpah. Ayah Cersei, Tywin Lannister mempunyai tiga orang anak, Cersei dan Jaime (mereka kembar), dan Tyrion yang terlahir kerdil.
Raja mengadakan kunjungan ke Winterfell membawa keluarganya, dengan maksud meminta Ned untuk menggantikan posisi Jon Arynn sebagai Tangan Kanan Raja. Ned Stark dan istrinya Catelyn, diam-diam tidak setuju dengan pengangkatan itu. Mereka tahu konsekuensi yang didapat jika Ned masuk ke dalam lingkungan kekuasaan raja. Kehidupan yang aman bersama anak dan istrinya di Winterfell tidak akan didapatkan di sana. Namun akhirnya, Ned menduduki jabatan itu juga. Ia mengatakan kepada istrinya bahwa akan membawa serta ketiga anaknya, Sansa, Bran, dan Arya. Robb akan menggantikan posisi Lord di Winterfell bersama dengan Catelyn.
Sementara Jon Snow? Tidak ada tempat untuk anak haram di manapun, Jon menyadari itu, sehingga dia memutuskan untuk bergabung dengan Garda Malam bersama pamannya Benjen Stark. Konsekuensinya, Jon harus mengabdikan hidupnya untuk kelangsungan pasukan. Tidak boleh menikah dan punya anak, mengucapkan sumpah kesetiaan pada Garda Malam hingga tutup usia, tidak ikut campur dalam urusan klan manapun, dan mengabdikan hidupnya pada kerajaan. Sebelum kedatangan raja, saat keluarga Stark sedang berburu, Robb menemukan seekor direwolf mati yang meninggalkan anak-anaknya.
Jon mengusulkan kepada sang ayah (karena jumlah anak yang ditinggalkan sama dengan jumlah anak-anak Ned) agar mereka diperbolehkan memelihara binatang simbol Klan Stark tersebut. Robb menamakan serigalanya Grey Wind, serigala Sansa namanya Lady, milik Arya bernama Nympheria, punya Bran Summer, Rickon Shaggydog. Dan serigala milik Jon dinamakan Ghost. Serigala-serigala ini nantinya akan hidup menjaga anak-anak Stark bahkan dari bahaya yang mengancam hidup mereka. Sebelum pasukan raja ini pulang kembali ke tanah mereka, Bran sang pemanjat mendapatkan sebuah kecelakaan yang menyebabkan kakinya lumpuh.
Penyebabnya adalah, dia tanpa sengaja menyaksikan sebuah skandal sang ratu dengan saudara lelakinya sendiri, beserta pembicaraan tentang menyingkirkan Ned. Akibatnya, Bran dijatuhkan dari menara yang itu membuatnya gagal untuk ikut ke King's Landing bersama ayah dan kedua kakak perempuannya. Tak lama berselang, upaya sang ratu untuk menutupi kejahatannya pun dibuat dengan sebuah percobaan pembunuhan terhadap Bran.
Namun itu digagalkan oleh Catelyn dan direwolf milik Bran. Lady Catelyn menemukan pisau pembunuh itu dan bermaksud menyelidikinya. Dari sanalah kemudian ia memutuskan untuk keluar dari istana untuk menuntut pelaku yang hendak membunuh anaknya. Dari bisik-bisik, dikatakan kalau pemilik pisau adalah Tyrion Lannister. Jauh dari hingar bingar yang terjadi di Negeri Matahari Terbenam, Viserys Targaryen, seorang pangeran bodoh, keturunan terakhir dari Klan Targaryen yang masih tersisa, menjual adiknya kepada seorang khal penguasa Dothraki bernama Khal Drogo. Khal Drogo dan rakyatnya dikenal bengis. Pria-pria di sana adalah penunggang kuda dan maniak dengan kuda.
Daenerys Targaryen namanya, gadis berusia empat belas tahun tersebut akhirnya menikah dengan Khal Drogo. Viserys bermaksud untuk mengumpulkan pasukan demi ambisinya merebut takhta kerajaan atas nama Klan Targaryen yang direbut oleh Robert Baratheon empat belas tahun silam. Pernikahan itu pun terjadi, Dany menjadi seorang khalessi di sana, dan beberapa saat kemudian mengandung anak Drogo.
Saat tengah menyelidiki pembunuh anaknya, Catelyn secara mengejutkan bertemu dengan rombongan Tyrion Lannister dan lantas menjadikannya sebagai tawanan. Tywin Lannister merasa harga dirinya dilecehkan, mengumpulkan pasukan untuk menuntut Catelyn. Sementara itu, untuk mengecoh pasukan Lannister, Catelyn justru membawa sang tawanan ke lembah tempat Klan Arynn berada. Kedatangan tersebut bukannya disambut dengan senang, namun membawa murka Lysa adiknya, yang ternyata, setelah kejadian meninggalnya sang suami, menjadi berubah. Kejadian di sana memuakkan dan memberi hasil berupa lepasnya Tyrion Lannister sebagai tawanan secara terhormat. Robert Baratheon meninggal saat berburu, membuat kerajaan menjadi gonjang-ganjing. Cersei tentu saja menginginkan anaknya Joffrey langsung menduduki takhta.
Ned yang mengetahui fakta bahwa seharusnya bukan Joff-lah yang berhak menjadi raja, disingkirkan oleh Lannister dengan cara yang. Sansa ditawan dan dipaksa melakukan apa yang dikehendaki sang ratu, sementara Arya melarikan diri dari istana dan diburu oleh pasukan Lannister. Robb Stark menghimpun pasukannya untuk membebaskan sang ayah, juga untuk merebut tanah-tanah yang tengah diduduki oleh pasukan Tywin. Sang ibu bergabung dengan pasukan ini, beserta beberapa klan lain yang selama ini berada di bawah Klan Stark.
Dan yah, Robb berhasil dalam pertempurannya dan membawa Jaime Lannister sebagai tawanan. Akhirnya selesai juga. Delapan hari membaca buku ini dengan target satu hari minimal 100 lembar tercapai. Kesannya: spektakuler. Buku setebal dan kertasnya seburam ini tidak membuat saya lepas begitu saja membacanya, penyampaian karakter dipecah menjadi beberapa sudut pandang yang membawa ke plot utama. Kita para pembacanya disajikan karakter yang semuanya kuat, nyaris kita nggak bisa memetakan mana tokoh protagonis mana yang antagonis karena semua mempunyai peluang yang sama.
Meskipun, yah, saya tahu akan berpihak pada siapa dan memusuhi siapa. Bagi saya, keberpihakan itu penting sih kalau membaca sebuah buku biar kita ikut larut ke dalam kisah yang disugukan. Saya bisa merasakan bagaimana Ned Stark yang bijak, penuh perhitungan, pertimbangan, sayang sekali dengan keluarganya.
Lalu di lain pihak membenci Cersei, Jaime, dan Pangeran Joff yang menyebalkan dan kejam. Merasa iba dengan Jon Snow yang hatinya seputih salju, dan kesal pake banget sama Sansa dan Lady Lysa di satu momen tertentu (sampai rasanya pengen robek-robek ini buku, tapi untung saya sadar:p). Karakternya kuat banget.
Di sini, banyak belajar intrik dalam perebutan kekuasaan, penggulingan takhta, pernikahan berunsur politik, dan masih banyak lagi. Hanya saja, karena saya nggak mengikuti series ini yang booming banget (dan nggak cocok ditonton oleh yang belum berlabel dewasa), saya jadi keteteran untuk mengenali tokoh-tokohnya yang banyak banget. Sampai-sampai, seratus halaman pertama saya mencatat semua karakter yang muncul baik itu tokoh utama maupun yang berperan minor (seperti si anu pengurus istal, si itu melatih anak-anak bertarung, dll).
Eh ternyata di bagian belakang ada silsilah klannya -( Bagi saya yang anti banget buka halaman-halaman terakhir (karena takut kena spoiler bagian ending) itu terlambat banget, sudah setengah jalan baru tahu ada yang begituan. Tapi secara keseluruhan, saya suka.
Nggak rugi mengeluarkan uang lebih untuk beli novel ini. (Sedikit cerita, saya belinya dengan harga Rp. 132.000,- yang padahal di labelnya tertulis Rp.
Mark Huffam
120.000,- #huvt.) Dari segi terjemahan, oke banget, namun sayang ada typo yang cukup mengganggu. Nggak banyak sih, cuma ya ada, dan intensitasnya semakin bertambah di bagian belakang-belakang buku. Windows server 2008 r2 service pack 3. Kesalahan yang cukup fatal itu sih pas salah nulis nama direwolf di halaman 874. Di sana tertulis 'Grey Wind' nama serigala Robb, padahal yang dibahas adalah 'Ghost' serigalanya Jon. Oh ya satu lagi. Glosariumnya nggak membantu sama sekali. Nggak usah disertakan juga tidak ada masalah bagi saya, kecuali kalau memang diberikan penjelasan istilah yang lebih oke daripada sekadar menerjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia.
Saya membawa berita gembira untuk pencitan buku Game Of Thrones. ^^ Setelah postingan tentang pada blog ini selalu mejeng di urutan pertama di Popular Post (berarti paling banyak dicari dan dibuka dari search engine) dari sejak di post sampai sekarang, jadi berasa sayang kalau info ini tidak dishare. Jadiiii, buku seri Game Of Thrones by George RR Martin akan terbit versi terjemahan Bahasa Indonesianya!!.tebar konfeti.:D Buku akan diterbikan oleh penerbit Fantasious dengan judul Perbutan Tahta dan rencananya akan mulai terbit bulan depan. Berikut spoiler desain covernya.
Jika biasanya saya diorder penerbit, untuk penyuntingan terjemahan (GoT) sayalah yang mengajukan diri. Awalnya karena animo pembaca yang begitu membeludak saat tahu buku pertama seri novel fantasi A Song of Ice and Fire karya George R.R Martin ini akan diterbitkan Fantasious. Sejujurnya, saya ingin sekali terlibat penggarapan buku unggulan ini. Kedua, karena kebetulan saya tahu penerjemahnya teman saya (Uci), yang sudah beberapa kali bekerja sama dengan saya. Saya selalu belajar banyak dari terjemahannya. Alhamdulillah, Muthia Esfand, editor Fantasious, setuju.
![]()
Meski begitu, atas pertimbangan tertentu, penerbit memutuskan tidak menyerahkan seluruh proses penyuntingan GoT kepada saya. Saya mendapat sepertiga awal buku, sisanya disunting editor in-house Fantasious sendiri. Dengan penyuntingan model begini, alhamdulillah buku bisa lebih lekas terbit. Sejak awal Muthia sudah mengatakan bahwa penerjemahan GoT akan melibatkan Westeros Indonesia, komunitas penggemar seri novel fantasi ini, sebagai pembaca pruf. Westeros ID juga meminta Fantasious menunjuk penerjemah dan penyunting yang pernah membaca buku ini. Permintaan yang sangat dimengerti, mengingat terjemahan sebaiknya dipegang oleh orang yang menguasai materi. Terus terang saat itu saya sempat minta mundur, karena “tahu diri” belum pernah membaca GoT. Tetapi Muthia mendesak saya supaya jangan mundur.
Atas kepercayaan ini, saya mencoba menonton serial TV-nya (meski akhirnya tidak sanggup), dan membaca bukunya. Ternyata ceritanya begitu seru dan konfliknya begitu kuat, sehingga saya paham jika Westeros tidak ingin penerjemahan buku ini dikerjakan sembarangan.
Tim di balik novel A Game of Thrones terbitan Fantasious. Pertemuan di Citos, Jakarta, 9 Februari 2015 yang nyaris batal karena saat itu banjir melumpuhkan sebagian Jakarta. Saya tidak membaca sampai selesai karena waktu cukup mepet dan penyuntingan harus dimulai. Tapi saya sudah mendapat gambaran GoT secara keseluruhan, begitu pula tokohnya yang seabrek. Alhamdulillah, prosesnya lancar.
Uci menerjemahkan GoT dengan baik sekali. Yang saya lakukan hanya merapikan sedikit, dan memutakhirkan glosarium, karena ada beberapa istilah yang perlu diperbaiki. Istilah memang menjadi sumber kerepotan penerjemahan GoT. Karena sejak awal penerjemahan GoT melibatkan banyak pihak, perdebatan mengenai istilah sering terjadi.
Terkadang istilah yang sudah diterjemahkan Uci diusulkan tetap dalam bahasa Inggris saja. Belum lagi nama wilayah seperti Fingers dan Neck, kingsroad dan narrow sea, dll. Maka, ketika mendapat kabar ada pembaca yang menyukai “Garda Malam” sebagai terjemahan “Night Watch”, saya percaya penerjemah memang perlu ngotot mempertahankan istilah, meski mendapat tentangan dari kanan-kiri. Ada satu hal lagi yang saya pelajari dari menyunting buku ini. Sebenarnya ini masukan buat saya pribadi, tetapi tak ada salahnya saya agih di sini. Selama ini saya tidak pernah mengutak-atik fungsi “Styles” dalam Microsoft Word (letaknya di menu pull down Home).
Biasanya saya mengetik bablas saja, tidak memedulikan style apa yang saya pakai (default-nya “Normal”). Tetapi dengan mengatur styles menjadi “Heading 1”, pembagian bab jadi lebih rapi, dan memudahkan saya melakukan pencarian istilah. Ini sangat menolong saya saat mengedit GoT yang berisi banyak bab tanpa nomor bab. A Game of Thrones versi terjemahan Indonesia akhirnya terbit pertengahan Maret ini. Saya senang penerbit mencantumkan glosarium, karena bisa memudahkan pembaca dalam memahami istilah GoT yang menurut saya pribadi cukup menjelimet. Semoga pembaca bisa menikmati buku ini, seperti yang saya rasakan saat menyuntingnya. Saya baru saja mulai membaca buku ini, karena penasaran booming sejak tahun 2012.
Sempat mencari Ebook, tapi bahasanya njlimet bikin istighfar:D. Akhirnya nemu juga bukunya, tanpa sekecap kata, langsung ambil deh Kupikir bakalan mirip TLOTR, ternyata lebih fokus di politiknya.
Primetime Emmy Award For Outstanding Drama Series
Yg pasti menurut saya terjemahannya sudah sangat baik, walau ada sedikit kesulitan menemukan “plot and character key”-nya. Dan ide bagus untuk membuat sampul bukunya menjadi simple dengan lambang serigala ditengah. Sebaiknya style seperti itu dilanjutkan saja, contohnya dg berbeda warna (biru, kuning, oranye, hijau) dan lambang yg berbeda biar jadi trademark untuk versi indo-nya. Wah, bikin semangat ? Saya suka GoT, tapi baru nonton, bukan baca. Saya pertama kali jatuh cinta pada penerjemahan gegara novel-novel terjemahan yang renyah dibaca.
Sekarang saya masih mengerjakan buku-buku perkuliahan, tapi pengen deh suatu hari nanti menjajal fiksi. Untuk buku perkuliahan sendiri, saya suka kalau penulisnya sedang membuat narasi. Soalnya itu kesempatan untuk melatih keluwesan di sela-sela teks yang sarat teori dan nggak boleh seenaknya dibuat mendayu-dayu, hahaha. Sukses terus ya, Mbak! Atau mungkin Ibu seumpama kurang berkenan, hehe. Maaf, baru balas sekarang, Nisa. Hihi nggak usah panggil Ibu ? Ayo, coba baca GoT, menurut saya terjemahannya apik sekali (eh, bukan muji saya, tapi penerjemahnya yang sudah bekerja keras menggarap buku ini.) Insya Allah suatu saat Nisa bisa dapat kesempatan menggarap teks fiksi ya.
Menurut saya, penerjemahan fiksi perlu dijajal setiap penerjemah sebelum terjun ke dunia nonbuku/dokumen, karena seperti kata Nisa sendiri, dalam teks narasi kita mendapat kesempatan untuk melatih keluwesan, kesempatan yang jarang didapat dalam dokumen. Sama-sama, Nisa, sukses terus juga buatmu ?.
Comments are closed.
|
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. ArchivesCategories |